Senin, 16 Januari 2012

Asap

Orang-orang zaman dahulu memanfaatkan asap sebagai media komunikasi. Asap dikenal sangat populer digunakan sebagai media komunikasi suku bangsa indian di amerika. Alat komunikasi ini biasa digunakan untuk mengirimkan suatu pesan rahasia pada teman ataupun lawan dan lebih dikenal dengan sebutan 'isyarat asap'.

Seperti halnya kentongan (salah satu sarana komunikasi tradisional indonesia), berkomunikasi dengan menggunakan asap tidak memiliki kode yang standar (baku). Misalnya; Satu kepulan asap dapat berarti suatu peringatan. Dua kepulan asap dapat pula berarti adanya bahaya. Tiga kepulan asap dapat berarti adanya masalah ataupun meminta bantuan. Pernahkah agan melihat film yang menceritakan korban kecelakaan pesawat terbang yang terdampar di hutan? Pada film tersebut biasanya si korban berusaha meminta bantuan dengan cara memberitahukan keberadaan nya dengan menggunakan tanda asap. Alat komunikasi seperti ini lazim juga dikenal sebagai 'SINYAL ASAP'. Sinyal asap merupakan salah satu dari bentuk komunikasi tertua yang ada di dalam sejarah. Sinyal asap ini adalah komunikasi visual yang digunakan pada jarak yang jauh.

Pada awalnya penggunaan isyarat diciptakan pada jaman Yunani masa pemerintahan raja Darius I (522 –486 SM) ketika mengalami kesulitan dalam pengiriman pesan berita kepada propinsi-propinsi di bawah kekuasaannya yang tersebar dari sungai Indus hingga Danube. Isyarat yang digunakan adalah dengan menyuruh orang berdiri di ketinggian dan kemudian menyalakan api. Setiap asap yang ditimbulkan dari api tersebut akan menciptakan beberapa pesan yang akan diterima dan dimengerti oleh orang-orang yang dituju. Kecepatan sampainya pesan atau berita dari Sinyal asap ini kira-kira sama dengan kecepatan 30 kali lebih cepat dari pada menggunakan kurir yang berlari secara marathon yang pada masa itu memang lumrah digunakan bila ada pesan atau berita penting yang hendak dikirimkan. Angka yang terbilang sangat cepat pada masa itu .

Adapun pada zaman Cina kuno, para tentara yang memiliki tugas jaga ditempatkan di sepanjang Tembok Besar Cina untuk saling memperingatkan satu sama lain akan adanya serangan musuh dengan cara memberikan sinyal melalui menara satu ke menara lainnya. Niscaya mereka bisa mengirimkan pesan–pesan yang diinginkan sejauh 480 km atau 300 mil hanya dalam waktu beberapa jam saja .

Polybius, seorang sejarawan Yunani , datang dengan sistem Sinyal asap alfabet yang lebih kompleks sekitar tahun 150 SM. Dia menemukan system alphabet Yunani yang kemudian dikonversi menjadi karakter numerik. Sistem alphabet yang dikonversi menjadi karakter numerik ini dipergunakan untuk agar pesan lebih mudah disampaikan. Sistem ini dilakukan dengan cara memegang sepasang obor. Ide ini dikenal dengan nama “Polybius Square’ dan juga diperkenalkan dengan kriptografi dan steganografi. Konsep kriptografi pernah dipergunakan dengan hiragana jepang dan Jerman dalam Perang Dunia I .

Suku Indian dari Amerika Utara juga melakukan komunikasi dengan menggunakan Sinyal asap. Setiap suku mempunyai sistem sinyal beserta artinya masing-masing yang hanya bisa dimengerti dalam lingkup terbatas. Pengirim sinyal memulai dengan api unggun , biasanya api unggun tersebut dibuat dengan menggunakan rumput kering yang dibakar dan selanjutnya akan menyebabkan kumpulan-kumpulan asap yang bergerak naik ke atas. Rumput-rumput tersebut di ambil pada saat kondisinya kering dan ikatan-ikatan rumput lain yang juga kering akan dibakar kemudian ke dalam api agar api menyala terus menerus sesuai keinginan penggunanya. Lokasi asap dan bentuk kecondongan membumbungnya asap (posisi membentuk semacam kerucut) tersebut mempunyai arti tertentu. Jika pengirim pesan membentuk suatu kumpulan asap yang bentuknya makin mengecil dari arah bawah ke atas (ujung kerucut di atas), ini menandakan bahwa semuanya dalam keadaan baik-baik saja. Tapi apabila sang pengirim pesan membentuk asap yang makin mengecil dari arah atas ke bawah (ujung kerucut di bawah), maka hal itu berarti menandakan adanya bahaya yang mengintai.

Sinyal asap masih digunakan hingga saat ini untuk memenuhi berbagai kepentingan. Di Roma, asrama Kardinal (tempat para kardinal terpilih dari berbagai negara di seluruh dunia di-karantina hingga akhirnya terpilih menjadi Paus baru) menggunakan sinyal asap untuk mengindikasikan terpilihnya Paus baru. Kardinal-kardinal yang memenuhi syarat mengadakan surat suara rahasia sampai seseorang menerima suara minimal dua per tiga dari jumlah seluruh kardinal yang memiliki hak suara. Surat suara akan dibakar setiap pemilihan, pembakaran akan menghasilkan warna asap yang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar