Orang-orang zaman dahulu
memanfaatkan asap sebagai media komunikasi. Asap dikenal sangat populer
digunakan sebagai media komunikasi suku bangsa indian di amerika. Alat
komunikasi ini biasa digunakan untuk mengirimkan suatu pesan rahasia
pada teman ataupun lawan dan lebih dikenal dengan sebutan 'isyarat asap'.
Seperti halnya kentongan (salah satu sarana komunikasi tradisional
indonesia), berkomunikasi dengan menggunakan asap tidak memiliki kode
yang standar (baku). Misalnya; Satu kepulan asap dapat berarti suatu peringatan. Dua kepulan asap dapat pula berarti adanya bahaya. Tiga kepulan asap dapat berarti adanya masalah ataupun meminta bantuan.
Pernahkah agan melihat film yang menceritakan korban kecelakaan
pesawat terbang yang terdampar di hutan? Pada film tersebut biasanya si
korban berusaha meminta bantuan dengan cara memberitahukan keberadaan
nya dengan menggunakan tanda asap. Alat komunikasi seperti ini lazim
juga dikenal sebagai 'SINYAL ASAP'. Sinyal asap merupakan salah satu
dari bentuk komunikasi tertua yang ada di dalam sejarah. Sinyal asap ini
adalah komunikasi visual yang digunakan pada jarak yang jauh.
Pada awalnya penggunaan isyarat diciptakan pada jaman Yunani masa
pemerintahan raja Darius I (522 –486 SM) ketika mengalami kesulitan
dalam pengiriman pesan berita kepada propinsi-propinsi di bawah
kekuasaannya yang tersebar dari sungai Indus hingga Danube. Isyarat yang
digunakan adalah dengan menyuruh orang berdiri di ketinggian dan
kemudian menyalakan api. Setiap asap yang ditimbulkan dari api tersebut
akan menciptakan beberapa pesan yang akan diterima dan dimengerti oleh
orang-orang yang dituju. Kecepatan sampainya pesan atau berita dari
Sinyal asap ini kira-kira sama dengan kecepatan 30 kali lebih cepat dari
pada menggunakan kurir yang berlari secara marathon yang pada masa itu
memang lumrah digunakan bila ada pesan atau berita penting yang hendak
dikirimkan. Angka yang terbilang sangat cepat pada masa itu .
Adapun pada zaman Cina kuno, para tentara yang memiliki tugas jaga
ditempatkan di sepanjang Tembok Besar Cina untuk saling memperingatkan
satu sama lain akan adanya serangan musuh dengan cara memberikan sinyal
melalui menara satu ke menara lainnya. Niscaya mereka bisa mengirimkan
pesan–pesan yang diinginkan sejauh 480 km atau 300 mil hanya dalam
waktu beberapa jam saja .
Polybius, seorang sejarawan Yunani , datang dengan sistem Sinyal asap
alfabet yang lebih kompleks sekitar tahun 150 SM. Dia menemukan system
alphabet Yunani yang kemudian dikonversi menjadi karakter numerik.
Sistem alphabet yang dikonversi menjadi karakter numerik ini
dipergunakan untuk agar pesan lebih mudah disampaikan. Sistem ini
dilakukan dengan cara memegang sepasang obor. Ide ini dikenal dengan
nama “Polybius Square’ dan juga diperkenalkan dengan kriptografi
dan steganografi. Konsep kriptografi pernah dipergunakan dengan
hiragana jepang dan Jerman dalam Perang Dunia I .
Suku Indian dari Amerika Utara juga melakukan komunikasi dengan
menggunakan Sinyal asap. Setiap suku mempunyai sistem sinyal beserta
artinya masing-masing yang hanya bisa dimengerti dalam lingkup terbatas.
Pengirim sinyal memulai dengan api unggun , biasanya api unggun
tersebut dibuat dengan menggunakan rumput kering yang dibakar dan
selanjutnya akan menyebabkan kumpulan-kumpulan asap yang bergerak naik
ke atas. Rumput-rumput tersebut di ambil pada saat kondisinya kering dan
ikatan-ikatan rumput lain yang juga kering akan dibakar kemudian ke
dalam api agar api menyala terus menerus sesuai keinginan penggunanya.
Lokasi asap dan bentuk kecondongan membumbungnya asap (posisi membentuk
semacam kerucut) tersebut mempunyai arti tertentu. Jika pengirim pesan
membentuk suatu kumpulan asap yang bentuknya makin mengecil dari arah
bawah ke atas (ujung kerucut di atas), ini menandakan bahwa semuanya
dalam keadaan baik-baik saja. Tapi apabila sang pengirim pesan membentuk
asap yang makin mengecil dari arah atas ke bawah (ujung kerucut di
bawah), maka hal itu berarti menandakan adanya bahaya yang mengintai.
Sinyal asap masih digunakan hingga saat ini untuk memenuhi berbagai kepentingan. Di Roma,
asrama Kardinal (tempat para kardinal terpilih dari berbagai negara di
seluruh dunia di-karantina hingga akhirnya terpilih menjadi Paus baru)
menggunakan sinyal asap untuk mengindikasikan terpilihnya Paus baru.
Kardinal-kardinal yang memenuhi syarat mengadakan surat suara rahasia
sampai seseorang menerima suara minimal dua per tiga dari jumlah seluruh
kardinal yang memiliki hak suara. Surat suara akan dibakar setiap
pemilihan, pembakaran akan menghasilkan warna asap yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar